ABK Indonesia: Air yang Masuk Tak Secepat Titanic
Para penumpang tiba di Porto Santo Stefano setelah kapal pesiar yang mereka tumpangi karam di pulu Giglio, Italia, Sabtu (14/1). REUTERS/Remo Casilli. Citra Anggraini, Awak kabin yang bekerja di Restoran Kapal Costa Concordia menceritakan awal karamnya kapal itu pada Jum'at pekan lalu. Sekitar pukul 9.40 malam waktu setempat tiba-tiba kapal oleng dan miring ke kiri yang menyebabkan hampir semua penumpang panik. Selama 20 menit kapal itu miring ke kiri diiringi mati lampu.
"Saat miring, aneka barang pecah belah jatuh dan penumpang panik," katanya ketika dihubungi Tempo lewat sambungan telepon internasional Senin 16 Januari 2012 kemarin.
Tak berapa lama, kapal kembali tegak pada posisi semula. Ia bersama rekan-rekannya awak kapal mengemasi semua barang yang rusak dan menenangkan kepanikan para penumpang. Tiba-tiba kapal kembali miring ke arah kanan. Posisi inilah yang menelan banyak korban tewas dan luka-luka. "Untungnya saya cepat mengambil pegangan," ujarnya.
Ia menuturkan kejadian yang dialaminya mirip di film kandasnya kapal Titanic yang pernah ditontonnnya dulu. Hanya, kapal Costa jelas lebih modern. "Sistem pengamanannya lebih canggih, air yang masuk ke kapal tidak secepat yang di Titanic, kami masih sempat menyelamatkan penumpang dan diri sendiri," tuturnya.
Semua peralatan mulai jaket pelampung dan kapal pelampung cukup memadai untuk penyelamatan. Ia bercerita sempat menyelamatkan seorang bapak dan putranya yang berumur 3 tahun. Mereka sangat panik. "Terpaksa saya harus menggendong putranya itu. Agar bisa cepat dipindahkan ke kapal pelampung," jelasnya.
Citra sempet keder karena nyawanya jadi taruhan saat menyelamatkan penumpang lebih dahulu. Kapal dari tegak sampai miring penuh hanya berjarak waktu 1 jam 40 menit. "Saya trauma dengan kejadian ini, tapi saya berpikir dengan standar penyelamatan yang cukup baik, semua akan baik-baik saja," katanya. Dia memang pernah mengalami kejadian kapal miring karena cuaca buruk. "Tapi tak separah ini."
Setelah kejadian nahas ini, Citra tak akan meninggalkan pekerjaannya. Pasalnya, sudah 4 kali berlayar dan bekerja di kapal 3,5 tahun. "Mungkin setelah pulang ke Indonesia nanti saya tetap bekerja di sini."
"Saat miring, aneka barang pecah belah jatuh dan penumpang panik," katanya ketika dihubungi Tempo lewat sambungan telepon internasional Senin 16 Januari 2012 kemarin.
Tak berapa lama, kapal kembali tegak pada posisi semula. Ia bersama rekan-rekannya awak kapal mengemasi semua barang yang rusak dan menenangkan kepanikan para penumpang. Tiba-tiba kapal kembali miring ke arah kanan. Posisi inilah yang menelan banyak korban tewas dan luka-luka. "Untungnya saya cepat mengambil pegangan," ujarnya.
Ia menuturkan kejadian yang dialaminya mirip di film kandasnya kapal Titanic yang pernah ditontonnnya dulu. Hanya, kapal Costa jelas lebih modern. "Sistem pengamanannya lebih canggih, air yang masuk ke kapal tidak secepat yang di Titanic, kami masih sempat menyelamatkan penumpang dan diri sendiri," tuturnya.
Semua peralatan mulai jaket pelampung dan kapal pelampung cukup memadai untuk penyelamatan. Ia bercerita sempat menyelamatkan seorang bapak dan putranya yang berumur 3 tahun. Mereka sangat panik. "Terpaksa saya harus menggendong putranya itu. Agar bisa cepat dipindahkan ke kapal pelampung," jelasnya.
Citra sempet keder karena nyawanya jadi taruhan saat menyelamatkan penumpang lebih dahulu. Kapal dari tegak sampai miring penuh hanya berjarak waktu 1 jam 40 menit. "Saya trauma dengan kejadian ini, tapi saya berpikir dengan standar penyelamatan yang cukup baik, semua akan baik-baik saja," katanya. Dia memang pernah mengalami kejadian kapal miring karena cuaca buruk. "Tapi tak separah ini."
Setelah kejadian nahas ini, Citra tak akan meninggalkan pekerjaannya. Pasalnya, sudah 4 kali berlayar dan bekerja di kapal 3,5 tahun. "Mungkin setelah pulang ke Indonesia nanti saya tetap bekerja di sini."
Komentar
Posting Komentar